• Ingat Waktu

  • MY FACEBOOK

  • Online

  • Online 2

  • Blog Gue

  • Situs – Situs Seru

  • Flag Counter

Wewenang Dalam Organisasi

Di zaman yang serba sulit, disaat perekonomian tidak stabil yang membuat harga barang-barang meningkat menjadikan uang dan materi adalah hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Tak heran banyak sekali orang-orang yang saling berebut kekuasaan dan mendambakan wewenang yang tinggi untuk memudahkan mereka menghasilkan uang banyak dengan cepat dan mudah.

Mungkin itu adalah suatu gambaran yang bisa menjadi jawaban mengapa di dalam banyak organisasi, perusahaan yang ada kekuasaan dan wewenang seringkali disalah gunakan oleh orang-orang yang memiliki wewenang itu sendiri. Padahal penggunaan wewenang secara bijaksana merupakan faktor yang sangat penting bagi efektevitas organisasi. Oleh karena itu, ada baiknya untuk kita tau apa sebenarnya yang dimaksud dengan wewenang itu sendiri

Wewenang (Authority) merupakan suatu wadah yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai. Pengorganisasian (Organizing) merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya.

Menurut Hani Handoko ada dua pandangan yang saling berlawanan mengenai sumber wewenang:

  • Teori Formal(Pandangan klasik): wewenang adalah dianugrahkan ; wewenang ada karena seseorang diberikan atau dilimpahkan hal tersebut. Pandangan mengangap bahwa wewenang berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan kemudian secara hukum diturunkan dari tingkat ketingkat.
  • Teori Penerimaan (acceptance theory of authority): berpendapat bahwa wewenang seseorang timbul hanya bila hal itu diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak tergantung pada penerima ( reciver)

Berdasarkan sumbernya wewenang dibedakan menjadi dua yaitu wewenang personal dan wewenang ofisial.

1. Wewenang personal

Bersumber pada intelegensi, pengalaman, nilai atau normal, dan kesanggupan untuk   memimpin.

2. Wewenang ofisial

Merupakan wewenang resmi yang di terima dari wewenang yang berada di atasnya.

Dalam suatu organsasi ada yang disebut wewenang lini, staf dan fungsional

  1. Wewenang lini, adalah wewenang dimana atasan melakukannya atas bawahannya langsung. Yaitu atasan langsung memberi wewenang kepada bawahannya, wujudnya dalam wewenang perintah dan tercermin sebagai rantai perintah yang diturunkan ke bawahan melalui tingkatan organisasi.
  2. Wewenang staf, adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia ini. Kualifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang duduk sebagai taf yaitu dengan menganalisa melalui metode kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau dengan menggabungkan ketiganya. Baishline mengajukan enam pokok kualifikasi yang harus dipengaruhi oleh seorang staf yaitu :

1.  Pengetahuan yang luas tempat diamana dia bekerja
2. Punya sifat kesetiaan tenaga yang besar, kesehatan yang baik, inisiatif, pertimbangan yang baik dan kepandaian yang ramah.
3. Punya semangat kerja sama yang ramah
4. Kestabilan emosi dan tingkat laku yang sopan.
5. Kesederhanaan
6. Kemauan baik dan optimis

Kualifikasi utama yaitu memiliki keahlian pada bidangnya dan punya loyalitas yang tinggi. Konsekkuensi organisasi yang menggunakan staf yaitu menambah biaya
administrasi struktur orgasisasi menjadi komplek dan kekuasaan, tanggung jawab serta akuntabilitas. yaitu memiliki keahlian pada bidangnya dan punya loyalitas yang tinggi. Wewenang staf Yaitu hak para staf atau spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi konsultasi pada personalia yang tinggi, Hal yang perlu diperintahkan dalam mendelegasikan suatu kegiatan kepada orang yang ditujuk yaitu:

    1. Menetapkan dan memberikan tujuan serta kegiatan yang akan dilakukan
    2. Melimpahkan sebagian wewenangnya kepada orang yang di tunjuk
    3. Orang yang ditunjuk mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan agar tercapainya tujuan.
    4. Menerima hasil pertanggung jawaban bawahan atas kegiatan yang dilimpahkan.
  1. wewenang staf fungsional, adalah hubungan terkuat yang dapat dimiliki staf dengan satuan-satuan lini.

Lantas, adakah  cara u antuk mendapatkan wewenang???

Kewenangan diperoleh oleh seseorang melalui 2 (dua) cara yaitu dengan atribusi atau dengan pelimpahan wewenang.

1. Atribusi

Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan. Dalam tinjauan hukum  tata Negara, atribusi ini ditunjukan dalam wewenang yang dimiliki oleh organ pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan kewenangan yang dibentuk oleh pembuat undang-undang. Atribusi ini menunjuk pada kewenangan asli atas dasar konstitusi (UUD) atau peraturan perundang-undangan.

2. Pelimpahan wewenang

Pelimpahan wewenang adalah penyerahan sebagian dari wewenang pejabat atasan kepada bawahan tersebut membantu dalam melaksanakan tugas-tugas kewajibannya untuk bertindak sendiri. Pelimpahan wewenang ini dimaksudkan untuk menunjang kelancaran tugas dan ketertiban alur komunikasi yang bertanggung jawab, dan sepanjang tidak ditentukan secara khusus oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Nah, para pembaca sekalian….tak mudah bukan memiliki wewenang dan menjalankannya sesuai prosedur yang berlaku???? Oleh karena itu setelah anda membaca artikel ini mulailah untuk menggunakan wewenang anda dengan lebih bijaksana lagi, agar efektivitas organisasi anda tercapai

Kekuasaan Dalam Organisasi

Kekuasaan Dalam Organisasi Dan Beberapa Pendekatan

Orang-orang yang berada pad pucuk pimpinan suatu organisasi seperti manajer, direktur, kepala dan sebagainya, memiliki kekuasaan power) dalam konteks mempengaruhi perilaku orang-orang yang secara struktural organisator berada di bawahnya. Sebagian pimpinan menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga mampu menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan tugas dengan lebih baik. Namun, sebagian pimpinan lainnya tidak mampu memakai kekuasaan dengan efektif, sehingga aktivitas untuk melaksanakan pekerjaan dan tugas tidak dapat dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, sebaiknya kita bahas secara erperinci tentang jenins-jenis kekuasaan yang sering digunakan dalam suatu organisasi.

Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu (a quality inherent in an interaction between two or more individuals). Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.

Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu :

1. Reward power

Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Dalam deskripsi konkrit adalah ‘jika anda dapat menjamin atau memberi kepastian gaji atau jabatan saya meningkat, anda dapat menggunkan reward power anda kepada saya’. Pernyataan ini mengandung makna, bahwa seseorang dapat melalukan reward power karena ia mampu memberi kepuasan kepada orang lain.

1. Coercive power

Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain. Tipe koersif ini berlaku jika bawahan merasakan bahwa atasannya yang mempunyai ‘lisensi’ untuk menghukum dengan tugas-tugas yang sulit, mencaci maki sampai kekuasaannya memotong gaji karyawan. Menurut David Lawless, jika tipe kekuasaan yang poersif ini terlalu banyak digunakan akan membawa kemungkinan bawahan melakukan tindakan balas dendam atas perlakuan atau hukuman yang dirasakannya tidak adil, bahkan sangat mungkin bawahan atau karyawan akan meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

1. Referent power

Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ atau liking, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkannya. Dalam uraian yang lebih konkrit, seorang pimpinan akan mempunyai referensi terhadap para bawahannya yang mampu melaksanakan pekerjaan dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan atasannya.

1. Expert power

Kekuasaa yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan diripada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalam suatu persoalan. Seorang atasan akan dianggap memiliki expert power tentang pemecahan suatu persoalan tertentu, kalau bawahannya selalu berkonsultasi dengan pimpinan tersebut dan menerima jalan pemecahan yang diberikan pimpinan. Inilah indikasi dari munculnya expert power.

1. Legitimate power

Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi. Tipe kekuasaan ini bersandar pada struktur social suatu organisasi, dan terutama pada nilai-nilai cultural. Dalam contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang lain setuju untuk mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.

Dari lima tipe kekuasaan di atas mana yang terbaik? Scott dan Mitchell menawarkan satu jawaban. Harus dingat bahwa kekuasaan hampir selalu berkaitan dengan praktik-praktik seperti penggunaan rangsangan (insentif) atau paksaan (coercion) guna mengamankan tindakan menuju tujuan yang telah ditetapkan. Seharusnya orang-orang yang berada di pucuk pimpinan, mengupayakan untuk sedikit menggunakan insentif dan koersif. Sebab secara alamiah cara yang paling efisien dan ekonomis supaya bawahan secara sukarela dan patuh untuk melaksanakan pekerjaan adalah dengan cara mempersuasi mereka. Cara-cara koersif dan insentif ini selalu lebih mahal, dibanding jika karyawan secara spontas termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi yang mereka pahami berasal dari kewenangan yang sah (legitimate authority).

Memperbaiki Kemampuan Berkomunikasi dalam Organisasi

Salah satu karakteristik antarmanusia (human comunication) menegaskan, bahwa tindak komunikasi akan mempunyai efek yang dikehendaki (intentional effect) dan efek yang tidak diehendaki (unintentional effect). Pernyataan tersebut bermakna, bahwa apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan pada orang lain tidak selalu diinterpretasi dan sama seperti yang kita kehendaki. Kenyataan ini dapat terjadi pada setiap konteks komunikasi, baik konteks komunikasi antarpribadi, kelompok, massa, ataupun komunikasi organisasi.

Mengakhiri uraian pada kegiatan belajar 2 ini, kita akan membahas prinsip-prinsip umum untuk memperbaiki kemampuan berkomunikasi dalam organisasi, yaitu :

1) Prinsip yang pertama adalah bagaimana mendefinisikan tujuan kita berkomunikasi. Orang berkounikasi untuk memperoleh hasil yang diharapkan, namun mereka tidak selalu tahu dengan tepat hasil-hasil apa yang mereka cari. Untuk inilah, memberi batasan terhadap tujuan kita berkomunikasi merupakan faktor yang menentukan keberhasilan kita berkomunikasi dalam suatu organisasi.

Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mendefinisikan tujuan berkomunikasi, yaitu:

a. Apa yang kita inginkan untuk terjadi. Artinya pastikan bahwa tujuan kita berkomunikasi sudah specifik, karena kalau tujuan kita tidak jelas, maka kita tidak akan selalu siap untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.

b. Memastikan apa tujuan kita realistis, dalam arti apakah tujuan yang kita harapkan memiliki peluang untuk berhasil atau tidak. Misalnya, apakah atasan kita akan mempromosikan jabatan kita atau menaikkan gaji kita, kalau penampilan dan prestasi kerja kita masih di bawah ukuran normal? Kalau itu yang terjadi, maka tujuan kita tidak realistis.

2) Prinsip kedua dalam memperbaiki kemampuan berkomunikasi dalam organisasi adalah bagaimana memilih audiens yang ‘terbaik’. Setiap pesan yang kita sampaikan, akan mempunyai beberapa audiens yang potensial, karena berkomunikasi dengan setiap orang mensyaratkan satu pendekatan yang berbeda dan kemungkinan akan mendapatkan hasil yang berbeda-beda pula.

Dalam suatu organisasi, prosedur yang ada biasanya mensyaratkan orang untuk menjelaskan setiap gagasan ataupun persoalannya kepada orang lain dengan tegas. Kalau pimpinan suatu organisasi terlalu sibuk, tidak ramah ataupun tidak tertarik dengan gagasan atau pun persoalan yang kita lontarkan, masih ada cara lain untuk menyampaikan keinginan itu, misalnya dalam suatu pertemuan yang diadakan. Oleh karena itu, memilih siapa audiens yang memungkinkan kita dapat menyampaikan persoalan, pendapat ataupun gagasan secara bebas, perlu kita perhatikan kalau kita menginginkan pesan-pesan organizational yang kita sampaikan sesuai dengan apa yang kita harapkan.

3) Prinsip ketiga adalah menggunakan saluran (channel) yang terbaik. Ada beberapa saluran komunikasi baik secara lisan maupun tertulis yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan organisasional. Memilih satu dari beberapa saluran komunikasi yang ada seharusnya tidak menjadi keputusan yang dilakukan sambil lalu, karena setiap saluran komunikasi mempunyai keuntungan sekaligus kerugian.

Ada dua jenis saluran, yaitu:

a. saluran komunikasi lisan (oral communication). Saluran komunikasi lisan mempunyai beberapa keuntungan yaitu: (1) Keuntungan terbesar dari komunikasi lisan adalah kecepatannya, dalam arti ketika kita melakukan tindak komunikasi dengan orang lain, pesan dapat disampaikan dengan segera. Aspek kecepatan ini akan bermakna kalau waktu menjadi persoalan yang esensial. (2) Munculnya umpan balik segera (instant feedback). Artinya penerima pesan dapat dengan segera memberi tanggapan atas pesan-pesan yang kita sampaikan. (3) Meberi kesempatan kepada pengirim pesan untuk mengendalikan situasi, dalam arti sender dapat melihat keadaan penerima pesan pada saat berlangsungnya tindak komunikasi tersebut. Jika kita memiliki kemampuan berbicara yang lebih baik, memungkinkan pesan-pesan yang kita sampaikan akan menjadi lebih jelas dan cukup efektif untuk dapat diterima oleh receiver.

b. Saluran komunikasi tertulis (written communication). Pada komunikasi tertulis, keuntungannya adalah bahwa ia bersifat permanen, karena pesan-pesan organisasional yang disampaikan dilakukan secara tertulis. Selain itu, catatan-catatan tertulis juga mencegah kita untuk melakukan penyimpangan (distorsi) terhadap gagasan-gagasan yang kita sampaikan. Dengan perkataan lain, ada jaminan bahwa pa yang kita katakan adalah apa yang akan diterima receiver.

Mana yang terbaik dari kedua saluran komunikasi di atas? Tidak ada jawaban atas pertanyaan tersebut, karena eberapa pesan hanya akan efektif kalau disampaikan secara lisan dan beberapa pesan lain akan lebih mudah kalau disampaikan secara tertulis. Oral communication biasanya disarankan untuk dilakukan, kalau pesan yang ingin disampaikan bersifat pribadi. Ia juga berguna kalau kita membutuhkan umpan balik yang cepat. Sementara komunikasi tertulis merupakan pilihan terbaik kalau kita menginginkan pesan yang kita sampaikan menjadi lebih formal atau resmi. Juga saluran tertulis akan lebih baik jika kita harus memilih kata-kata dengan cermat, di samping juga kalau kita ingin mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang rumit (complicated).

Beberapa Pendekatan Dalam Komunikasi Organisasi

Sosiolog Aimitai Etzioni mengatakan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat organisasi. Kita dilahirkan dalam organisasi dan dididik dalam suatu organisasi pula serta sebagian besar dari kita menghabiskan mayoritas hidupnya dengan bekerja untuk organisasi.

Dalam kegiatan belajar 3 ini, kita akan mempelajari beberapa pendekatan yang berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi dalam suatu organisasi. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi:

1. Pendekatan Struktur dan Fungsi Organisasi

Teori pertama yang memiliki berkaitan dengan pendekatan ini adalah teori birokrasi yang diperkenalan oleh Max Weber, seorang teoritis terkenal sepanjang zaman. Ia mendefinisikan organisasi sebagai sistem dari suatu aktivitas tertentu yang bertujuan dan berkesinambungan.

Inti dari teori Weber mengenai birokrasi adalah konsep mengenai kekuasaan, wewenang dan leitimasi. Menurut Weber, kekuasaan adalah kemampuan seseorang dalam setiap hubungan sosial guna mempengaruhi orang lain. Ia juga mengemukakan adanya tiga jenis kewenangan (otoritas) yaitu:

a) Kewenangan tradisional terjadi ketika perintah atasan dirasakan sebagi sesuatu yang sudah pantas atau sudah benar menurut ukuran tradisi.

b) Kewenangan birokratik merupakan bentuk yang paling relevan dalam birokrasi, karena kekuasan diperoleh dari aturan-aturan birokrasi yang disepakati oleh seluruh anggota organisasi.

c) Kewenangan karismatik merupakan kekuasaan yang diperoleh karena karisma dari kepribadian seseorang.

Selain itu, Weber juga mengemukakan pandangannya mengenai enam prinsip birokrasi yang terdiri atas:

1) Birokrasi didasarkan pada aturan-aturan yang memungkinkan diseselasikannya suatu persoalan.

2) Birokrasi mengenal pembagian kerja secara sistematis terhadap tenaga kerja. Setiap tenaga kerja memiliki hak dan kekuasaan yang terdefenisikan secara jelas.

3) Inti dari birokrasi adalah adanya penjenjangan (hirarki).

4) Pimpinan diangkat berdasarkan kemampuan dan pendidikan mereka.

5) Birokraasi harus memiliki kebebasan untuk mengalokasikan sumber-sumber yang ada dalam lingkup pengaruhnya.

6) Birokrasi mensyaratkan pengelolaan arsip yang rapi.

Teori lain yang berhubungan dengan pendekatan struktur dan fungsi organisasi adalah teori sistem. Menurut Chester Barnard, organisasi hanya dapat berlangsung melalui kerjasama antarmanusia, dan bahwa kerjasama adalah sarana di mana kemampuan individu dipadukan guna ,mencapai tujuan bersama atau tujuan yang lebih tinggi.

Sementara menurut Daniel Katzdan Robert Kahn, sebagai suatu sistem sosial organisasi memiliki keunikan di dalam kebutuhannya guna memelihara berbagai masukan untuk menjaga agar berbagai perilaku manusia di dalam organisasi tersebut tetap terkendali. Itu artinya, sistem memiliki tujuan-tujuan bersama yang mengharuskan menomor duakan kebutuhan individu-individu.

1. Pendekatan Hubungan Manusiawi (Human Relation).

Pendekatan struktural dan fungsional mengenai organisasi dianggap hanya menekankan pada produktivitas dan penyelesaian tugas, sedangkan faktor manusia yang diabaikan. Menurut Chris Agrys, praktik organisasi yang demikian dipandang tidak manusiawi, karena penyelesaian suatu pekerjaan telah mengelahkan perkebangan individu dan keadaan ini berlangsung secara berulang. Ketika kompetensi teknis dinomorsatukan maka kompetensi antarpribadi dikurangi. Berdasarkan pemikiran itu maka pendekatan human realtions ini muncul. Ada beberapa anggapan dasar dari pendekatan ini:

1) Produktivitas ditentukan oleh norma sosial, bukan psikologis.

2) Seluruh imbalan yang bersifat non ekonomis, sangat penting dalam memotivasi para karyawan.

3) Karyawan biasanya memberikan suatu reaksi persoalan, mengutamakan kelompok daripada individu.

4) Kepemimpinan memberikan peranan yang sangat penting dan mencakup aspek formal dan informal.

5) Komunikasi merupakan proses penting dalam pengambilan keputusan.

1. pendekatan Komunikasi sebagai Proses Pengorganisasian

didasarkan pada anggapan bahwa komunikasi organisasi sebagai suatu proses pengorganisasian. Teori pengorganisasian memandang organisasi bukan sebagai suatu struktur atau kesatuan, tetapi suatu aktivitas. Jadi organisasi adalah sesuatu yang akan dicapai oleh sekelompok orang melalui proses yang terus menerus dilaksanakan. Artinya sekelompok orang melakukan apa yang harus dilakukan secara berkesinambungan.

Inti dari setiap organisasi adalah bahwa orang bertindak dalam suatu cara tertentu, sehingga perilaku mereka saling terkait, perilaku seseorang bergantung pada perilaku yang lain. Ukuran dari itu komunikasi memainkan peran di dalamnya. Jadi aktivitas pengorganisasian terdiri dari “interaksi ganda”, yaitu suatu tindakan yang diiukuti oleh suatu respon dan kemudian tindakan penyesuaian.

Pemikiran strukturasi dalam organisasi oleh Poole dan McPhee dijelaskan bahwa struktur organisasi diciptakan ketika sekelompok orang saling berkomunikasi melalui saluran tertentu. Komunikasi tersebut terbagi dalam tiga jenjang, yaitu:

1) konsepsi, pemikiran yang meliputi seluruh bagian dari kehidupan organisasi di mana orang-orang membuat berbagai keputusan dan pilihan. Tahap ini dilakukan oleh top manajemen.

2) Implementasi, yaitu penjabaran formal dari konsep yang diputuskan atau dipillih. Taha ini dilakukan oleh midle manajemen.

3) Penerimaan, yaitu tindakan-tindakan yang mengacu pada keputusan-keputusan organisasi. Tahap ini biasanya dilakukan oleh karyawan.

1. Pendekatan Organisasi sebagai Kultur.

Dikemukakan oleh Michael Paconowsky dan Nock o’DonnelTrijullo yang memandang organiasasi sebagai suatu kultur, dalam arti bahwa komunikasi organisasi merupakan pandangan hidup (way of life) bagi para anggotanya.. Menurut Pacanowsky dan Trujillo ada lima bentuk penampilan organisasi, yaitu:

a) Ritual yaitu merupakan bentuk penampilan yang diulang-ulang secara teratur, suatu aktuvutas yang dianggap oleh suatu kelompok sebagai sesuatu yang sudah biasa dan rutin. Ritual merupakan bentuk penampilan yang penting karena secara tetap akan memperbarui pemahaman kita mengenai pengalaman bersama dan memberikan legitimasi terhadap sesuatu yang kita pikirkan, rasakan dan kita lakukan.

b) Hasrat yaitu bagaimana para karyawan dapat mengubah pekerjaan-pekerjaan rutin dan membosankan menjadi menarik dan merangsang minat. Cara yang biasa digunakan adalah dengan penuturan pengalaman pribadi, rekan sekerja ataupun pengalaman yang diorganisasi ataupun perusahaan tempat ia bekerja.

c) Sosialitas yaitu bentuk penampilan yang memperkuat suatu pengertian bersama mengeni kebenaran ataupun norma-norma dan penggunaan aturan-aturan dalam organisasi, seperti kata susila dan sopan santun. Aspek lain dari sosialitas adalah ‘privacy’, yaitu penampilan sosialitas yang dikomunikasikan dengan penuh perasaan dan bersifat sangat pribadi seperti pengakuan, memberi nasihat dan penyampaian kritik.

d) Politik organisasi yaitu merupakan bentuk penampilan yang menciptakan dan memperkuat minat terhadap kekuasaan dan pengaruh, seperti memperlihatkan kakuatan diri, kekuatan untuk mengadakan proses tawar menawar (bargaining power) dan sebagainya.

e) Enkulturasi yaitu proses mengajarkan budaya kepada para anggota organisasi. Contoh bentuk penampilan ini adalah ‘learning theropes’ yang terdiri dari urut-urutan penampilan ketika orang mengajarkan kepada orang lain tentang bagaimana mengerjakan sesuatu.

Teori Integritas dalam Komunikasi Organisasi

Teori system dalam komunikasi organisasi biasanya dipandang pula sebagai ‘strutural fungsional’, seperti yang telah sedikit dibahas pada bagian awal kegiatan belajar 3. Berangkat dari kerangka pikir klasik yang dikemukakan oleh Weer mengenai struktur dan fungsi organisasi, Katz dan Robert Kahn, Herbert Simon dan James March, dianggap telah memberikan semacam otot dan daging bagi kerangka yang telah disusun oleh Weber. Teori-teori yang mereka kemukakan telah memberikan lebih banyak subtansi, kompleksitas dan reliabilitas mengenai organisasi daripada yang dilakukan oleh aliran klasik.

Pada bagian barikut kita akan membahas lebih lanjut suatu pendekatan system yang menekankan pada proses integrative dari konsep-konsep system.

Teori Integratif

Teori yang dikemukakan oleh Richard Farace, Peter Monge, dan Hamish Russel ini menunjukkan suatu pandangan umum yang sangat menarik mengenai konsep-konsep sistem dari organisasi. Karya mereka merupakan integrasi dari berbagai gagasan terbaik ke dalam suatu bentuk yang secara internal telah memberikan suatu sintetis mengenai pandangan sistem. Sebagai tambahan, karya mereka juga menyatukan sejumlah besar pemikiran yang didasarkan atas penelitian, yang terakhir mereka menempatkan komunikasi sebagai pusat dari struktur organisasai.

Mereka mendefinisikan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang setidaknya terdiri dari dua orang (atau lebih), ada saling ketergantungan, input, proses dan output. Kelompok ini berkomunikasi dan bekerja sama untuk menghasilkan suatu hasil akhir dengan menggunakan energi, informasi, dan bahan-bahan lain dari lingkungan.

Salah satu sumber daya penting dalam organisasi adalah informasi. Dengan menggunakan teori informasi sebagai dasar, Farace dan rekannya mendefinisikan informasi dalam pengertian untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika orang mampu untuk memperkirakan pola-pola yang akan terjadi dalam aliran tugas dan hubungan-hubungannya, maka ketidakpastian dapat dikurangi dan informasi berhasil diperoleh. Komunikasi sendiri sebagian merupakan pengurai ketidakpastian melalui informasi, karena komunikasi mencakup penggunaan ‘bentuk-bentuk simbolis’ umum yang saling dimengeri oleh para partisipannya.

Dalam teorinya, mereka mengemukakan dua bentuk komunikasi yang berkaitan dengan dua bentuk informasi, yaitu:

1. informasi absolut adalah keseluruhanan informasi yang dikomunikasikan suatu dalam organisasi. Informasi ini terdiri dari keseluruhan kepingan pengetahuan yang ada dalam sistem.

2. informasi yang didistribusikan adalah informasi yang telah disebarkan melalui organisasi.

Kenyataan bahwa informasi yang ada dalam suatu organisasi, tidak menjamin bahwa informasi tersebut cukup dikomunikasikan di dalam sistem. Pertanyaan mengenai informasi absolut berkenaan dengan apa yang diketahui, sedangkan pertanyaan mengenai informasi distribusi berkenaan dengan siapa yang mengetahuinya. Implikasi praktis dari perbedaan teoritis ini adalah bahwa kegagalan dalam kebijakan distribusi informasi disebabkan oleh kegagalan manajer untuk mengenali kelompok mana yang perlu mengetahui suatu hal tertentu, atau kesalahan untuk mengarahkan di mana seharusnya kelompok-kelompok tersebut dapat memperoleh informasi yang mereka butuhkan.

Kerangka struktural fungsional bagi komunikasi organisasi terletak pada dimensi analitis yang terdiri atas:

1) System level yang terdiri atas empat sub-evel: individual, dyadic, kelompok, dan organisasional, dalam suatu prinsip hierarki system. Individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam dyadic, beberapa dyadic berkerumun bersama-sama ke dalam kelompok. Organisasi sebagai suatu keseluruhan adalah suatu sistem dari kelompok-kelompok yang saling berhubungan dan membentuk suatu jaringan kerja makro.

2) Level analisis. Pada setiap level analisis, kita dapat mengamati fungsi-fungsi komunikasi sekaligus juga merupakan dimensi analisis yang kedua. Di antara berbagai fungsi komunikasi yang ada, Farace menekankan pada tiga fungsi, yaitu:

a. Produksi yang mengacu pada pengarahan, koordinasi kontrol terhadap aktivitas organisasi.

b. Inovasi yang membangkitkan atau mendorong perubahan dan gagasan baru dalam sistem.

c. Pemeliharaan diartikan untuk melindungi nilai-nilai individual dan hubungan antarpribadi yang dibutuhkan untuk mempertahankan sistem.

3) Dimensi struktur. Jika fungsi berkaitan dengan isi pesan, maka struktur berkaitan dengan tumbuhnya pola-pola atau aturan-aturan dalam penyampaian pesan.

Pada setiap level organisasi (individual, dyadic, kelompok dan organisasional) kita dapat meneliti cara-cara bagaimana komunikasi dapat berfungsi dan distrukturkan. Selanjutnya, Ferace mengemukakan secara terperinci masing-masing dari keempat level pengorganisasian. Tetapi, pada bagian berikut ini kita hanya akan membahas level, individu, dyadic, dan kelompok secara ringkas, sekedar untuk memperoleh gambaran umum sebagai latar belakang. Oleh karena fokus perhatian Ferace lebih kepada jaringan kerja makro, sebagai kontribusi terpenting teori ini, maka kita akanlebih banyak memusatkan perhatian pada masalah tersebut.

Konsep kunci yang berhubungan dengan komunikasi individu dalam organisasi adalah ‘beban’ (load). Beban/muatan komunikasi adalah tingkatan dan kompleksitas dari masukan informasi terhadap seseorang.

* Tingkatan adalah kuantitas dari masukan seperti pesan-pesan atau pemintaan-permintaan.
* Kompleksitas adalah jumlah faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam memproses informasi.

Ada dua lingkup persoalan berkaitan dengan muatan tersebut, yaitu:

1. underload, yaitu yang terjadi ketika aliran pesan kepada seseorang berada di bawah kapasitas orang tersebut untuk memprosesnya.

2. overload, yaitu terjadi ketika muatan melampaui kapasitas.

Sementara pengertian mengenai load, underload, dan overload berhubungan secara optimal dengan komuniksi yang diterima individu tunggal, sehingga konsep ini juga dapat diterapkan pada seluruh level lainnya, termasuk dyadic, kelompok, dan organisisonal. Jadi, ada kemungkinan suatu keseluruhan organisasi dapat menadi underload atau overload.

Konsep kunci yang dapat diterapkan pada level dyadic adalah ‘aturan-aturan’ (rush). Para anggota dyadic saling berhubungan sesuai dengan pola-pola harapan/tuntutan, di samping aturan-aturan eksplisit maupun implisit untuk berkomunikasi. Aturan-aturan ini secara eksplisit maupun implisit menunjukkan kebijakan komunikasi dari organisasi. Isinya mengajarkan pada anggota organisasi bagaimana harus berkomunikasi, kapan harus dikomunikasikan. Beberapa topik umum mengenai aturan-aturan tersebut antara lain meliputi siapa yang berinisiatif untuk berinteraksi, bagaimana memperlakukan penundaan, topik-topik apa yang dibicarakan dan bagaimana menyeleksinya, bagaimana menangani perubahan topik, bagaimana mengakhiri interaksi, dan seberapa sering komunikasi terjadi.

Melalui kontak setiap hari antarangota organisasi, individu-individu dalam berbagai kelompok cenderung untuk bekrja berinteraksi, dan berkmunikasi satu bersama-sama. Kenyataan menunjukkan bahwa struktur dari keseluruhan organisasi tergantung pada pengelompokkan ini. Sejak orang bekerja bersama-sama dalam kelompok dan fungsi yang berbeda, maka muncul berbagai jenis kelompok yang berbeda dalam suatu organisasi. Dan seseorang secara bersamaan dapat menjadi anggota dari beberapa kelompok sekaligus. Dengan menganalisis lebih jauh, kita harus menyadari bahwa organisasi terdiri dari banyak struktur (multiple sructures). Misalnya; struktur dapat dibentuk berdasarkan hubungan tugas, hubungan kekuasaan, kesukaandan sebagainya. Kita akan kembali pada struktur organisasional kemudian, namun sebelumnya kita akan elihat pada beberapa aspek dari berbagai kelompok individual.

Bab 3 Kelompok Besar Dalam Manajemen

Sudah bab 3 saja,ternyata tidak kerasa yah saya ngetik subuh subuh begini, hhee ya udah langsung aja, ringkasan materi bab 3 yaitu :

Pada dasarnya terdapat kelompok besar dalam melihat teori dan praktik manajemen,  ketiga kelompok tersebut adalah kelompok manajemen klasik, manajemen prilaku, dan manajemen kuantitatif. Ketika persperktif dari kelomok – kelompok yang berbeda tersebut memiliki latar belakangnya masing – masing sekaligus kelebihan dan kekuranganya. Pendekatan yang di lakukan oleh ketiga kelompok tersebut dapat dikatakan sebagai pendekatan universal dalam manajemen kana selain hamper  dapat di lakukan oleh smua orang dan organisasi di seluruh dunia, juga menawarkan sebuah jalan penyeesaian yang tepat atau paling tidak cara yang umum dalam melakukan kegiatan manajemen organisasi. Salah satu pendekatan lain yang muncul adalah pendekatan kontingensi yang memandang bahwa tidak ada pendekatan yang universal dalam kegiatan manajemen organisasi . pendekatan manajemen sangat konteksual, tergantung situasi yang di hadapi oleh masing – masing organisasinya. Ada beberapa isu kontemporer yang terkait dengan dunia teori dan praktik manajemen, berbagai isu tersebut meliputi isu seputar downsizing, diversity management, teknologi informasi, globalisasi, etika  dan tanggung jawab sosial, managemen of quality, hingga Ekonomi Jasa ( Service Economy )

Berbagai konstribusi dalam dunia manajemen telah memberikan  terhadap perkembangan teori dan praktik manajemen modern. Di antaranya konstribusi tersebut ada yang berangkat dari teoritisi maupun juga produksi.

Nah segini aja ringkasaan tentang bab 3, tugas dari bab 3 dapat di download Di Sini

Bab 2 Dasar manajemen dan Bisnis

Ringkasan Dari BAB 2 :

 

Manajer adalah orang yang menjalankan kegiatan manajemen kegiatan itu berupa : Perencanaan,pengorganisasian,pengimplemantasian,controlling,DLL

 

Dalam berbagai jenis organisasi, istilah manajer dapat dipresentasikan oleh istilah lain sepert presiden, ketua, wakil presiden, wakil ketua, kepala bagian dan seterusnya. Berberapa keahlian yang di perlukan agar para manajer  dapat menjalankan fungsi – fungsi manajemennya dengan baik, fungsi tersebut di antaranya adalah keahlian teknis, keahlian konseptual, keahlian berkomunikasi dan berinteraksi, keahlian dalam pengambilan keputusan , keahlian dalam pengaturan waktu, keahlian dalam manajemen global, serta keahlian dalam teknologi. Ada Berberapa tingkatan manajemen yang di kaitkan  dengan peran dan tugasnya sekaligus juga keahlian – keahlian yang dimilikinya, yaitu manajemen tingkat puncak, manajemen tingkat menengah, manajemen supervisor, manajemen non-supervisor, masing – masing tingkatan manajemen tersebut mempunyai keahlian – keahlian tertentu dalam menjalamkan peran dan tugasnya masing – masing. Berdasarkan pengalaman para manajemer dalam menjalankan organisasi maupun kenyataan yang bisa didapat di lapangan, manajemen dapat dipahami sebagai sebuah pengetahuan sekaligus juga pengalaman, oleh karna itu bagi mereka yang ingin menjadi seorang manajer , maka kedua aspek yaitu pengetahuan dan pengalaman perlu untuk di kuasai secara bersamaan. Berdasarkan kenyataan bahwa manajemen adalah pengetahuan sekaligus jga pengalaman dalam praktiknya, ilmu manajemen memiliki sebagai sisi sains namun jga sebagai sisi seni dalam menyelesaikan suatu pekerjaan/

 

Nah ini ringkasan sedikit tentang bab 2, tugas – tugas dari bab 2 dan bab 3 ini dapat di download Di Sini

Dasar Manajemen BAB 1 Tentang Manajemen Dan Organisasi

Dasar Manajemen & Bisnis

Materi kuliah Bab 1 Tentang Organisasi Dan Manajemen ringkasan dari bab 1 adalah Kegiatan bisnis yang teroraginasasi memerlukan manajemen agar tujuan dari organisasi bisnis dapat tercapai secara efektif

Pengertian dari manajemen adalah seni atau proses untuk menyelesaikan sesuatu dalam rangka pencapaian tujuan pada pelaksanaanya proses ini terdiri dari perencanaan,pengorgganisasian,pengimplemantasian,pengendalian, dan pengawasan yang juga dinamakan proses fungsional dalam manajemen, manajemen secara operasional terdiri dari : manajemen sumber daya manusia,manajemen produksi,manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Nah ini adalah ringkasan dari materi bab 1, tentang organisasi dan manajemen tugas dari bab 1 ini dapat Di DownloadDi Sini